Feel free to read peoples, I won't bite your ass.

Selasa, 07 Desember 2010

TOO SWEET! :>

Tomi, Pimpinan sebuah perusahaan di Jakarta. Tiba di rumahnya jam 9 malam. Tak seperti biasanya anaknya, dinda, umur 9 th membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

Tomi: "Kok kamu belum tidur?"
Dinda: "Aku nungguin papa pulang. Soalnya aku mau tanya, berapa sih gaji papa?"

Tomi berpikir sejenak.

Tomi: "Tiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam & dibayar 400.000, tiap bulan rata-rata 22 hari kerja. Kadang Sabtu masih lembur. Berapa gaji Papa hayo?"

Dinda yang masih kecil itu terlihat sibuk menghitung-hitung

Dinda: ""Kalo 1 hari Papa dibayar 400.000 untuk 10 jam, berarti 1 jam Papa digaji 40.000 dong"

Tomi: "Wah, pinter kamu. Sekarang cuci kaki, terus tidur ya.."

Tetapi, Dinda masih tetap berdiri di dekat Tomi.


Dinda: ""Papa, aku boleh pinjam 5.000 gak?"

Tomi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat perilaku putri kecilnya itu.

Tomi: "Sudah, gak usah macama-macam.. Buat apa minta uang malam-malam gini? Tidurlah.."
Dinda: "Tapi Papa…...."
Tomi: "Papa bilang tidur!"

Akibat bentakan Tomi yang cukup keras tadi, Dinda pun lari menuju kamarnya. Sedih dan kecewa. Itulah perasaan Dinda saat itu.

Usai mandi, Tomi menyesali kekesalannya. Akhirnya ia menengok dinda di kamar tidurnya sedang terisak sambil memegang 15.000.

Sambil mengelus kepala Dinda, Tomi berkata..

Tomi: "Maafin Papa ya..Papa sayang sama Dinda..Tapi buat apa sih minta uang sekarang?"


Sambil terisak, Dinda berkata..

Dinda: "Papa, aku gak minta uang...Aku hanya pinjam, nanti aku kembalikan kalo sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini."
Papa: "lya, iya. Papa ngerti, tapi buat apa?"

Dinda: "Aku nunggu Papa dari jam 8 mau ajak Papa main ular tangga 30 menit aja. Mama sering bilang waktu Papa itu amat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku hanya ada 15.000…Karna Papa 1 jam dibayar 40.000,maka setengah jam aku harus ganti 20.000..Duit tabunganku kurang 5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa"

Kata -kata yang keluar dari putri kecilnya itu membuat Tomi pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya putri kecil itu erat-erat dgn haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yg dia berikan selama ini, tak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.